Garin Nugroho Rayakan Indahnya Kebudayaan Melanesia Melalui Pementasan Planet Sebuah Lament -->
close
Pojok Seni
17 January 2020, 1/17/2020 03:05:00 PM WIB
Terbaru 2020-01-17T08:05:54Z
eventMedia PatnerSeni

Garin Nugroho Rayakan Indahnya Kebudayaan Melanesia Melalui Pementasan Planet Sebuah Lament

Advertisement

pojokseni.com – Setelah sukses dengan film Kucumbu Tubuh Indahku dan karya sineorkestra Setan Jawa yang telah dipentaskan di berbagai ajang seni bergengsi dunia, maestro seni Indonesia Garin Nugroho kembali dengan karya terbarunya.

Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, pertunjukan berjudul Planet Sebuah Lament ini mengangkat keindahan budaya Indonesia Timur (Melanesia) dan akan ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 17-18 Januari 2020 mendatang.

Pementasan di Jakarta ini merupakan pertunjukan perdana (world premiere) sebelum dipentaskan di berbagai negara.

Karya ini akan menjadi karya pembuka dalam ASIA TOPA (Asia-Pacific Triennial of Performing Arts) pada Februari 2020 mendatang di Melbourne, Australia.
Karya terbaru yang merupakan hasil tim kerja dari berbagai negara yang disusun oleh Arts Centre Melbourne untuk Asia TOPA 2020 ini juga dijadwalkan akan dipentaskan di Dusseldorf, Jerman dan Amsterdam, Belanda.

“Garin Nugroho selalu menyajikan pemikiran dan sudut pandang yang unik dalam kreativitas karyanya. Tak jarang ia juga menyisipkan pesan-pesan kemanusiaan untuk menjadi bahan renungan. Dalam pementasan Planet Sebuah Lament ini, Garin Nugroho menyuarakan pesan perdamaian dan mengajak kita melihat alam yang semakin rentan oleh pengerusakan. Perpaduan budaya Indonesia Timur (Melanesia) yang ditampilkan dalam gerak tubuh, musik, dan vokal juga menjadi sebuah diplomasi kebudayaan untuk memperkenalkan kekayaan Indonesia ke panggung-panggung internasional,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.


Planet Sebuah Lament merupakan sebuah ratapan alam karena keserakahan manusia. Naskah yang dituliskan oleh Michael Kantor, sutradara teater dan opera kenamaan Melbourne ini mengangkat isu lingkungan hidup.

Perubahan iklim menjadikan banyaknya bencana alam di dunia dan Indonesia, dan membuat manusia mencari keselamatan untuk menemukan pangan dan energi yang diperebutkan terus menerus.

Planet Sebuah Lament merupakan sebuah renungan lewat lagu, ekpresi dan tari yang berkisah pasca tsunami, ketika manusia hanya disisakan sebuah telur sebagi simbol pangan dan energi.

Sementara, plastik dan benda rongsokan tak terurai menjelma menjadi monster yang memburu energi. Sebuah pertarungan upaya keselamatan dan kebinatangan di tengah berbagai bencana alam di bumi.

“Saya tertarik dengan lament (lagu ratapan) ini sejak 7 tahun yang lalu karena sesungguhnya lament menjadi ratapan sejarah purba dunia, baik ratapan hilangnya kota-kota dan rusaknya peradaban karena perang atau bencana alam. Perjalanan Planet Sebuah Lament terasa dipenuhi oleh peristiwa yang tidak terduga, antara lain tsunami Aceh, konflik berdarah di beberapa sudut negeri, kebakaran hutan di Riau, hingga peristiwa Paskah di Pulau Procida, Italia hingga Larantuka.  Bagi saya, semua itu adalah jalan lament, sebuah kisah mengalami kepedihan kemanusiaan untuk menemukan jalan cinta dan kebangkitan yang harus dihidupkan ketika dunia begitu keras dan vulgar,” ujar Garin Nugroho, Sutradara.

Pertunjukan yang menggabungkan teater, film, dance, dan lagu ini mengusung perpaduan budaya dari Indonesia Timur (Melanesia) yang begitu kaya dengan kekayaan tari dan lagu serta tema lingkungan.

Garin Nugroho mengambil referensi tablo jalan salib yang ada di Larantuka, Flores Timur. Tiap babak dinarasikan melalui paduan suara dan lagu-lagu ratapan pada transisinya.

“Sebagai konsep visual, saya memasukkan unsur empat film pendek, masing-masing 3-5 menit. Empat film pendek ini juga berfungsi sebagai ruang dan waktu, simbolisasi jalan salib dan representasi bumi atau planet. Ini merupakan sebuah lament menemukan planet keselamatan,” tambah Garin Nugroho.

Koreografi direpresentasikan kolektif secara apik dan naratif oleh Joy Alpuerto Ritter, Otniel Tasman dan Boogie Papeda yang mengombinasikan elemen pergerakan tubuh dari tradisi Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Papua dengan gerakan-gerakan kontemporer baik personal maupun pada seluruh rangkaian acara.

Pertunjukan ini juga menampilkan para penari dari berbagai daerah, antara lain: Boogie Papeda, Douglas D’Krumpers, Pricillia EM Rumbiak dan Bekham Dwaa dari Papua, Rianto dari Solo, dan Galabby dari Jakarta.

“Garin Nugroho selalu menampilkan wajah-wajah baru dan pementasan Planet Sebuah Lament ini juga menampilkan talenta-talenta generasi muda yang potensial dan beberapa diantaranya merupakan peserta program Ruang Kreatif Seni Pertunjukan yang merupakan kerjasama Garin Workshop dan Galeri Indonesia Kaya untuk mencari seniman muda dan komunitas seni dengan ide, gagasan, karya seni yang bagus dan menginspirasi.

Galabby juga merupakan salah satu peserta Indonesia Menuju Broadway (IMB), program pelatihan intensif dalam pendidikan seni teater musikal dan ilmu panggung dengan standar broadway di Indonesia yang dipersembahkan www.indonesiakaya.com,” tambah Renitasari.

Gerakan ritmik dari para penari ini akan diiringi musik yang digarap oleh 3 komposer muda, yaitu Septina Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah yang mengolah komposisi-komposisi untuk paduan suara dan menjadi kekuatan utama sebagai narasi.

Karya ini mengangkat lagu-lagu lament yang langka dan banyak hilang di wilayah Papua dan NTT, yakni ratapan duka bencana untuk kebangkitan  bersama , menjadi suara keselamatan alam Indonesia ke dunia. Komposisi paduan suara ini diisi oleh Mazmur Chorale Choir asal Kupang yang dipilih melalui proses seleksi sejak akhir tahun 2018 yang lalu.
Paduan suara yang juga menjadi juara World Choir Games 2014 di Latvia ini akan mengelola musik dari Flores, yang dalam kajian musik dunia disebut sebagai salah satu kekayaan musikal yang ada.

Properti yang digunakan sebagai narasi yang diproyesikan di telur raksasa di panggung. Telur raksasa ini disimbolisasikan sebagai sebuah kekuatan untuk menggabungkan imaji dan kata.
Kostum para pemain ini digarap oleh Anna Tregloan dari Australia yang sekaligus juga berperan sebagai scenographer dalam pertunjukan kali ini.

Para pemeran utama mengeksplorasi kostum tradisional Indonesia Timur digabungkan dengan elemen kontemporer sedangkan paduan suara juga mengenakan kostum yang ditata khusus untuk menggambarkan ekspresi yang terjadi pada lakon di atas panggung.

Tiket pertunjukan yang akan digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 17-18 Januari 2020 mendatang ini bisa dibeli melalui Blibli.com, Loket.com dan Go-Tix atau menghubungi 0822-1010-7922 dengan rincian harga tiket:

Platinum         Rp. 1.000.000,
Gold Rp. 700.000
Silver Rp. 450.000 dan
Bronze Rp. 250.000

Sekilas tentang GARIN NUGROHO


Karya-karyanya melahirkan berbagai penghargaan nasional maupun internasional, diputar di berbagai festival film dunia seperti Cannes dan Berlin. Karya-karyanya memotret berbagai ragam latar belakang budaya, mencerminkan pergulatan lokalitas dengan globalitas di tengah dunia yang berubah dengan cepat dan penuh kekerasan. Ruang berkaryanya adalah mencerminkan pergulatan multikultur. Jenis karyanya meliputi film cerita, esai, dokumenter, film pendek, iklan, video musik, dan juga panggung teater.

Sekilas tentang BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION

Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.

Berangkat dari komitmen tersebut, PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya. Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat.

Dalam hal Bakti Budaya Djarum Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 4.000 kegiatan budaya. Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com.

Kemudian membangun dan meluncurkan "Galeri Indonesia Kaya" di Grand Indonesia, Jakarta pada 10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.

Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018, bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5. Taman Indonesia Kaya merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya secara gratis.

Bakti Budaya Djarum Foundation juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya. Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat mengakses www.djarumfoundation.org, www.indonesiakaya.com.

Untuk informasi lebih lanjut:


IMAGE DYNAMICS

Ima Silaban #0812 9055 4435 (ima.silaban@imagedynamics.co.id)
Rara #0821 2616 7682 (rara@imagedynamics.co.id)
Tisiana #0812 1869 9177 (tisiana@imagedynamics.co.id)

GARIN WORKSHOP

Yuliani Supandji #0818 – 060 – 843.83 (agatha.veronica@outlook.com)
Surel : garin.theplanet@gmail.com
Instagram : @garinworkshop



Ads