Jalan Tua oleh Sanggar Dayung-Dayung, Pentas Para Aktor Senior -->
close
Pojok Seni
16 October 2019, 10/16/2019 05:07:00 AM WIB
Terbaru 2019-10-15T22:07:11Z
teater

Jalan Tua oleh Sanggar Dayung-Dayung, Pentas Para Aktor Senior

Advertisement

pojokseni.com - Senin (15/10/2019) di Teater Arena Mursal Esten ISI Padangpanjang, para aktor senior Sumatra Barat yang tergabung dalam Sanggar Dayung-Dayung pentaskan Jalan Tua karya/sutradara Muhammad Ibrahim Ilyas. Jelan Tua yang berdurasi 45 menit ini dipentaskan dalam rangka rangkaian tour Berdayung Sampai Jauh, sekaligus mengenang tokoh teater Sumatra Barat dan sekaligus pendiri dari Sanggar Dayung-Dayung, A. Alin De. Sebelumnya, karya ini juga telah dipentaskan di Padang, Kasai, Kayu Tanam dan di Padangpanjang. Jalan Tua juga direncanakan akan dipentaskan di Bengkulu dan Pekanbaru.

Jalan Tua adalah sebuah karya puitik yang mencoba menerjemahkan manusia dalam garis horizontal dan vertikal. Manusia secara merdeka dapat menentukan jalan yang akan dilaluinya, sayangnya setiap manusia tidak dapat hidup sendiri. Sehingga kemerdekaannya harus dibatasi oleh kemerdekaan manusia lainnya. Jalan Tua adalah perjalanan manusia sebagai individu yang tetap mencoba merdeka didalam kelompok sosial yang juga merdeka. Akhirnya manusia menyadari, akhir dari semua perjalanan adalah kembali kepada tuhan.

Muhammad Ibrahim Ilyas sebagai sutradara mencoba menubuhkan larik-larik puisi dalam tubuh Minangkabau. Pola randai dan silat menjadi material artistik yang diolah Bram (panggilan akrab Muhammad Ibrahim Ilyas). Nuansa Minangkabaunya semakin diperkuat dengan tambahan instrumen tradisi Minangkabau, seperti rapai dan dulang yang dijadikan alat musik sekaligus handprop oleh para aktor. Konsep teater modern berbasis tradisi ini dipertahankan dalam Jalan Tua, karena kecenderungan ini telah menjadi ciri khas A Alin De dan Sanggar Dayung-Dayung.


Berdayung Sampai Batas adalah sebuah karya yang berangkat dari kegelisahan Sanggar Dayung-Dayung karena salah satu tokoh legendaris dari Minangkabau seperti hilang dalam perjalanan sejarah Indonesia, khususnya Minangkabau.

A. Alin De yang merupakan seniman teater sezaman dengan Wisran Hadi selalu tidak menjadi pokok pembahasan dalam diskusi-diskusi di Indonesia, khususnya Sumatra Barat. Bahkan para penggiat seni teater milenial di Sumatra Barat sangat asing dengan nama A Alin De. Sanggar Dayung-Dayung berharap dengan adanya kegiatan tour Berdayung Sampai Batas ini dapat mengenalkan kepada khalayak ramai siapa A Alin De dan juga berharap ada yang menuliskannya kembali dalam catatan-catatan sejarah teater Sumatra Barat.

Jalan Tua dalam Berdayung Sampai Batas menjadikan aktor-aktor generasi pertama dari Sanggar Dayung-Dayung sebagai pemeran inti. Hal ini dikarenakan untuk menggambarkan sosok A Alin De melalui permainan para aktor yang pernah digarapnya pada zaman dahulu. Selain itu, Sanggar Dayung-Dayung juga ingin mempertegas kembali eksistensi karyanya setelah 40 tahun berkarya. (isi/pojokseni.com)

Ads