Pernyataan Sikap Seniman Pontianak Terhadap Kekerasan di Hari Tari Sedunia -->
close
Pojok Seni
04 May 2019, 5/04/2019 02:08:00 AM WIB
Terbaru 2019-05-03T19:08:28Z
BeritaSeni

Pernyataan Sikap Seniman Pontianak Terhadap Kekerasan di Hari Tari Sedunia

Advertisement
Ketua Prodi Seni Pertunjukan Untan, Ismunandar mendapatkan kekerasan fisik. 
pojokseni.com - Paska kejadian kemelut yang berujung kekerasan di puncak perayaan Hari Tari Sedunia, Taman Digulis Pontianak, seniman Pontianak berkumpul tanggal 30 April 2019 lalu.

Dalam kesempatan itu, kegiatan yang diselenggarakan oleh Bidang Ekonomi Kreatif, Disporapar Pontianak, seniman Pontianak menyatakan sikap bersama bahwa seniman Pontianak mengutuk tindak kekerasan pada seniman.

"Hal ini dilakukan untuk mendapat kejelasan secara kronologis secara langsung dari korban dan penyelenggara, serta menyatakan sikap bersama. Bahwa kami mengutuk tindak kekerasan pada seniman," tulis salah seorang seniman Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah dari kelompok Balaan Tumaan Pontianak.

Meski demikian, masih dari pernyataan para seniman Pontianak, mereka juga mendukung serta mengapresiasi Walikota Pontianak Edi Kamtono serta aparat hukum yang melakukan proses penegakan hukum terhadap oknum yang melakukan tindak kekerasan pada seniman, di puncak Hari Tari Sedunia tersebut.

Selanjutnya, para seniman mendukung rencana walikota untuk membuka ruang dialog antara seniman, ormas, aparat hukum dan akademisi untuk mengkaji permasalahan ini. "Serta membicarakan masalah kekerasan dan jaminan keamanan bagi para pelaku seni dalam melaksanakan kegiatan berkesenian," jelas Nursalim.

Nursalim berharap, ke depannya, hal seperti ini tidak terjadi lagi. Apabila kegiatan kesenian yang dilaksanakan oleh Pemerintah setempat saja, seperti Hari Tari Sedunia, masih membuka celah kekerasan pada seniman. Tentu saja, hal itu akan ditakutkan kembali terjadi pada kegiatan kesenian yang dilakukan secara mandiri oleh seniman setempat.

"Apabila kegiatan kesenian yang dilaksanakan pihak pemerintah saja masih terbuka celah kekerasan pada seniman, apalagi kegiatan-kegiatan kesenian yang dilaksanakan secara mandiri oleh para seniman," tambah Nursalim.

Kronologis Kejadian


Saat ini, fokus utama yang disorot pada kejadian tersebut adalah tindak kekerasan. Karena, saat kejadian, beberapa oknum menyatakan bahwa mereka melakukan hal yang merupakan instruksi Walikota Pontianak, namun berakhir dengan tindak premanisme. Dari sumber foto dan video, disebutkan bahwa oknum yang dimaksud tersebut berasal dari salah satu Ormas.

Namun, Walikota Pontianak menyatakan bahwa instruksi yang diberikannya tidak seperti itu. Hal itu terjadi karena salahpaham. (Baca juga: Modern Dance Pria Dituding LGBT, Hari Tari Sedunia di Pontianak Dibubarkan Paksa)

Awalnya, pada akhir acara Hari Tari Sedunia di Tugu Digulis, akan digelar pertunjukan tari tunggal oleh seorang maestro tari Indonesia, Prof Dr Y Sumandiyo Hadi. Sebelumnya, Satpol PP dengan beberapa oknum masyarakat mengamankan tiga orang pemuda yang dituding melakukan tarian LGBT. Tuduhan tersebut berdasarkan laporan video yang diunggah oleh warganet ke Facebook dan menjadi viral di masyarakat. Atas hal itu, Walikota meminta Satpol PP untuk menghentikan tarian yang dimaksud, bukan membubarkan acara.

Ketika tiga penari yang bahkan masih berstatus siswa ini akan dibawa oleh Satpol PP dengan mobil patroli, Ketua Prodi Seni Pertunjukan FKIP- Universitas Tanjungpura (Untan), Ismunandar S.Sn, M.Pd datang dan mempertanyakan tindakan menggiring penari tersebut. Sebab, Ismunandar menyatakan bahwa kegiatan ini dan seluruh pengisi acara (termasuk tiga orang penari muda) adalah tanggung jawab dia. Ditambah lagi, ia tidak mendapatkan koordinasi atau informasi apapun, terkait pengamanan yang dilakukan Satpol PP.

Tindakan Ketua Prodi Seni Pertunjukan itulah yang kemudian mendapat respon kekerasan fisik, yakni cekikan di leher yang dilakukan oleh salah satu oknum Ormas setempat. Mahasiswa dan pihak lain segera melindungi dosen mereka yang mengakibatkan cekcok mulut untuk mempertanyakan tujuan dari tindakan kekerasan tersebut. Namun, situasi semakin panas dan ada tiga orang mahasiswa yang menjadi korban lanjutan, baik korban penganiayaan maupun pemukulan. (ai/pojokseni.com)

Ads