Kisah Tragis Di Balik Doodle Si Google Hari Ini -->
close
Pojok Seni
25 January 2018, 1/25/2018 10:25:00 AM WIB
Terbaru 2018-01-25T03:25:22Z
ArtikelSastraSejarah

Kisah Tragis Di Balik Doodle Si Google Hari Ini

Advertisement
Pojokseni - Tepat hari ini, 25 Januari 2018, situs mesin pencari terbesar yaitu Google kembali menghias tampilan mereka atau biasa disebut Doodle. Hiasan itu sendiri tak lain dimaksudkan untuk suatu perayaan. Perayaan apakah itu ? Jika kita klik logo Google hari ini, maka akan diarahkan ke pencarian Virginia Woolf dengan link Wikipedia pada posisi paling atas. Doodle itu dimaksudkan untuk merayakan hari lahir Virginia Woolf yang ke-136 tahun. Apakah kalian semua tahu siapa Virginia Woolf ?
Virginia Woolf adalah seorang novelis dari sebuah Negara dalam lagu The Changcuters, yaitu London, Inggris. Beliau lahir pada tanggal 25 Januari 1882 dengan nama asli Adeline Virginia Stephen. Virginia kecil dibesarkan di lingkungan rumah dengan perpustakaan besar yang sering dikunjungi oleh para intelektual. Beliau dianggap salah satu tokoh terbesar sastra modernis dari abad 20. Virginia Woolf sering dijuluki sebagai seorang yang feminis, tetapi beliau menyangkal hal tersebut dan lebih memilih untuk disebut sebagai seorang humanis.
Pada masa antar perang dunia, Woolf merupakan tokoh penting dari komunitas sastra London dan menjadi anggota grup Bloomsbury, kelompok intelektual dan seniman kontemporer terkemuka di London, Inggris. Karyanya yang paling dikenal antara lain novel Mrs. Dalloway (1925), To the Lighthouse (1927) dan esainya A Room of One's Own (1929).
Karya-karya itu sendiri menampilkan perspektif pemikiran feminis Woolf pada abad ke-20. Novel karyanya yang berjudul Mrs Dalloway bercerita mengenai kisah seorang tokoh fiktif bernama Clarissa Dalloway dengan latar waktu usai Perang Dunia I.
Meski sukses di dunia sastra, kehidupan pribadi Woolf suram dan beliau mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Percobaan bunuh diri pertamanya pada tahun 1895 tak lama setelah ibunya meninggal. Depresinya meningkat karena dua tahun setelahnya, saudara tirinya, Stella, meninggal dunia. Sembilan tahun kemudian, ayahnya meninggal dunia dan depresinya semakin parah. Tetapi, di tengah depresi itu, ia tumbuh menjadi seorang yang jenius dan menghasilkan banyak karya yang terkenal dan berpengaruh.
Selama Perang Dunia II yang tengah berkecamuk di Eropa dan tepatnya setelah menyelesaikan novel terakhirnya, Between the Acts, Woolf pun mengalami depresi berat. Depresinya memuncak pada 28 Maret 1941, beberapa saat sebelum bunuh diri, Woolf mengenakan sebuah mantel yang di dalamnya diisi dengan batu. Kemudian beliau berjalan ke Sungai Ouse di North Yorkshire, Inggris. Bukan untuk menenangkan pikran, Woolfpun terjun ke dalam sungai itu.

Tiga minggu berlalu setelah tragedi itu, aparat kepolisian setempat menemukan mayat yang tak. Meski beliau telah tiada, namun karya-karya Woolf berjaya selama gerakan feminisme era 1970an, sekaligus menjadi salah satu penulis paling berpengaruh di abad ke-21. (smc/pojokseni.com)

Ads