Catatan Rudolf Puspa Akhir 2017 : Gold, Glory & Gospel -->
close
Pojok Seni
01 January 2018, 1/01/2018 05:35:00 AM WIB
Terbaru 2017-12-31T22:35:26Z
Artikel

Catatan Rudolf Puspa Akhir 2017 : Gold, Glory & Gospel

Advertisement


pojokseni.com - Ada tiga gerakan manusia di bumi yang saya amati selama saya pentas keliling sejak 1974 hingga kini. Sebuah gerakan yang bisa dilakukan secara bersama sama ataupun sendiri. Sebuah gerakan yang sadar atau tidak merupakan usaha saling mempengaruhi. Bermula tujuan mempengaruhi untuk hidup bersama dengan damai yang makin hari justru menampakkan keganasannya masing2. Inilah yang membuat aku prihatin terlebih melalui gerakan teater masih belum menampakkan hasil.

Disebut Gold yang merupakan symbol dari gerakan manusia yang hidup untuk mencari kekayaan duniawi. Makin lama gerakan ini makin menyempit yakni mencari kekayaan untuk tujuan pribadi, untuk diri sendiri. Makin lama makin terasa munculnya persaingan yang tidak sehat karena dalam bentuk saling cakar, berebut menguasai pasar. Tidak heran jika kemudian muncul system yang disebut monopoli. Satu orang bisa memiliki ratusan perusahaan yang buat saya tak bisa membayangkan betapa jeniusnya sehingga bisa memimpin ratusan perusahaan .

Glory merupakan simbolisasi gerakan manusia yang dalam setiap langkahnya menjaga martabat, nama baik, kemasyurannya sehingga orang simpati kepadanya, Dalam usaha kewiraswastaannya selalu berpikir untuk kemaslahatan orang banyak. Sifat sosialnya masih bisa terasa dikalangan orang banyak. Gerakan manusia glory memang lebih banyak mengarah kepada bentuk2 sosial yang dalam usahanya berbentuk yayasan sosial, kegiatan kebudayaan, kesenian, memberi subsidi pendidikan, anak yatim, lansia sehingga kesadaran untuk merawat manusia menjadi inti gerakan para glorywan.

Gospel merupakan gerakan penyebaran nilai-nilai keagamaan atau keyakinan, atau sebuah kepercayaan yang supranatural. Dalam kegiatannya lebih bertumpu pada kebenaran akan titah atau hukum2 Ilahi yang diyakini. Kegiatan yang umumnya berdakwah adalah dalam rangka menyebarkan keyakinannya agar orang lain makin banyak yang mengikutinya. Tentu pada awalnya dilakukan dengan suasana damai rukun tenteram.

Dunia menjadi terbagi dalam kotak-kotak negara. Yang merasa punya Negara dan belum merdeka akan berjuang mati2an untuk mendapat kemerdekaannya. Bagi yang sudah merdeka tentu saja butuh dana besar untuk menjaga kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu akan menggali kekayaan dalam negerinya dan dijual keluar demi kemakmuran bangsanya. Yang awalnya aman2 saja lama kelamaan karena hasil bumi dalam negeri makin berkurang maka mencari keluar. Nah mulailah melirik ke negeri lain yang masih kaya hasil buminya dan berusaha untuk bisa menanam modalnya sehingga mendapatkan bagi hasil. Dan ketika Negara yang dikuras merasa mampu mengurus sendiri mulailah melepaskan diri dan inilah persoalan mulai timbul. Dengan berbagai cara Negara besar ingin mempertahankan diri agar tetap bisa mendapat untung.

Dalam tiap Negara muncul adanya partai politik yang wajar tujuan utamanya meraih kursi kekuasaan tertinggi. Pada awalnya persaingan baik2 saja namun makin lama semakin tumbuh penyakit untuk terus menerus berkuasa. Untuk itu berbagai cara dilakukan bahkan hingga yang menghalalkan cara. Makin tidak peduli apa jujur atau apa halal atau apa bermartabat untuk mencapai kekuasaan. Yang penting lawannya bisa dijatuhkan. Maka kampaye2 hitam bermunculan bahkan ada lembaga yang bisa disewa untuk mengaturnya. Ini penyakit mendunia. Bahkan negeri super powerpun melakukan hal tersebut. Melontarkan kampanye hitam bahkan dimulai tiga atau empat tahun sebelum pilpres diadakan. Nah dalam keadaan seperti ini maka sering yang namanya glory dan gospel mulai dilupakan. Justru dipakai untuk alat menjatuhkan lawan politiknya.

Tercatatlah kesimpulan umum bahwa ternyata dalam politik lawan atau kawan bukan abadi, Yang abadi adalah kepentingan. Jangan kaget bila hari ini memaki si A besok merangkulnya dan memaki si B yang tadinya temannya. Dan jangan Tanya apa mereka itu tidak malu menjadi pecundang? Menjadi politikus kadang justru harus tak punya malu asal mendapatkan kekuasaan. Jika kekuasaan didapat maka kekayaan mengalir dengan sendirinya. Ia bisa berkata sambil mengusap bibirnya bahwa gold glory gospel bisa dibeli dengan kekuasaan.

Betapa semakin carut marut ketika sang gold glory dan gospel rame rame menjadi politikus atau mendirikan partai. Perang yang lebih dahsyat dibanding baratayudha makin seru.  Semua mau menguasai rakyat dan cara terbaik yakni tetap menjaga agar rakyat tetap buta politik sehingga para partai tak perlu mengajarkan melek politik. Yang justru ditumbuh kembangkan adalah fanatisme yang kuat agar terus mendukungnya dengan membabi buta. Dan sering justru agama dijadikan kuda tunggangan. Seolah2 demi agama maka harus siap berkorban demi berhasilnya yang didukung jadi presiden.

Yaaaah begitulah yang kucatat hari ini di akhir tahun 2017. Melelahkan memang namun itulah yang juga terjadi bukan hanya didunia tapi juga di negriku yang telah diperjuangankan ratusan tahun oleh orang2 muda yang bersemboyan merdeka atau mati.

Salamku.

Rudolf Puspa

Ads