Mengenang Evo Band, Raksasa yang Hilang Setelah Satu Album -->
close
Pojok Seni
12 November 2017, 11/12/2017 02:40:00 AM WIB
Terbaru 2020-03-02T13:42:19Z
MusikProfil

Mengenang Evo Band, Raksasa yang Hilang Setelah Satu Album

Advertisement
Formasi Evo Band tahun 2006 (dari kiri : Angga, Didit, Elda, Adnil, Erwin dan Ronald)

Sebelumnya, pojokseni mengulas sedikit tentang duo indie yang mencuri perhatian, Stars and Rabbit. (baca: Stars and Rabbit, Paduan Musik yang Memikat dan Teatrikal Kontemporer yang Memukau).
Namun, rasanya kurang afdol bila tidak membahas band yang membesarkan nama Elda Suryani, vokalis Stars and Rabbit tersebut. Yah, band ini disebut-sebut sebagai salah satu proyek superband yang pernah ada di Indonesia.

pojokseni.com - Nama Evo akan mengingatkan Anda pada sebuah ajang pencarian bakat untuk mengisi posisi vokalis pada superband tersebut. Acara bertajuk "Reinkarnasi" tersebut sempat menjadi tontonan wajib pecinta musik tahun 2005 di salah satu TV swasta di Indonesia. Elda Suryani menjadi pemenang pertama dan menjadi vokalis dari superband ini, pada saat itu.

Erwin Prast, saat masih di Evo Band

Yah, wajar saja kalau pojokseni.com menyebutnya sebagai "superband", pertama personel band itu semuanya musisi-musisi kelas berat. Pada posisi bassis ada Erwin Prastyo yang baru saja keluar dari band Dewa 19 era itu. Beliau adalah salah satu dari empat pendiri megaband Dewa 19 itu.

Huruf "e" dari nama "Dewa" itu kepanjangan dari "Erwin" loh, jadi, "Dewa" itu kepanjangan dari "Dhani, Erwin, Wawan, Andra" yang dibentuk ketika mereka berusia 19 tahun, jadilah Dewa 19.

Didit Saad, saat masih di Evo Band

Gitaris dari Evo, Didit Saad mantan gitaris Plastik yang menciptakan lagu super romantis "Ada yang Hilang" dan dengan apik dinyanyikan oleh Ipang Lazuardi, mantan vokalisnya di Plastik. Lagu tersebut menjadi soundtrack dari film yang muncul pada tahun 2007, berjudul "Realita Cinta dan Rock n Roll".

Didit Saad sebelumnya menciptakan banyak lagu dengan bandnya, Plastik. Total ada tiga album yang diproduksi Plastik, antara lain Plastik, Insting Psiko dan Harmoni dan Dengarkan Pada Saat Tenang, ditambah satu album the best of Plastik yang keluar terakhir pada tahun 2003, sebelum akhirnya band ini menghilang.

Adnil Faisal, eks gitaris Evo Band

Belum cukup dengan dua nama musisi kawakan di atas, masih ada lagi nama yang muncul sebagai gitaris lead II di Evo, yakni Adnil Faisal. Adnil adalah mantan gitaris band yang muncul di era 90-an dan berhasil merebut hati penggemar musik di era itu, Base Jam.

Salah satu lagunya yang menjadi lagu abadi dan tak terlupakan adalah "Bukan Pujangga". Band satu ini berhasil muncul dari panggung festival, lalu masuk ke perusahaan rekaman ternama negeri ini, lalu menjadi band pendatang baru yang diperhitungkan. Lagu-lagunya menjadi lagu wajib putar di sejumlah radio seluruh Indonesia.

Adnil sebenarnya sempat hengkang dari band ini tahun 2000-an, baru akhirnya bergabung lagi tahun 2002. Lalu, sama seperti Plastik band ini menghilang. Meski pada beberapa tahun terakhir mereka muncul kembali dengan formasi baru, namun tanpa Adnil tentunya.

Ronald Frist, eks drummer Evo Band

Paduan Erwin, Didit, Adnil sudah menjadikan band yang akan dibentuk nantinya bisa menjadi superband, bukan? Oh, ternyata masih belum cukup. Khusus untuk posisi drummer, dipilih Ronald Fristianto. Kalau sekarang, Anda pasti sering melihat seorang drummer yang sering cover lagu di youtube lewat akun Ronald Frist?

Nah, dialah Ronald, mantan drummer Gigi, Dewa 19, NuKla dan tentunya Evo. Band yang paling terkenang tentunya Gigi. Ronald adalah drumer Gigi pada tahun 1994 hingga 3 album ke depannya. Uniknya, Ronald justru keluar dari Gigi, ketika sedang konser, loh! Konsernya dua hari, dan dia keluar di hari pertama, jadi pada hari kedua Gigi bermain dengan drumer yang berbeda.

Lalu pada akhir era 90-an dan awal tahun 2000-an, Ronald kembali hadir dengan band barunya yang juga menjadi fenomena kala itu, Dr. PM.

Angga Tarmizi, eks Keyboard Evo Band

Kumpulan empat orang yang merupakan musisi kawakan, mantan anggota band-band ternama, juga memiliki skill di atas rata-rata, masih dianggap belum cukup untuk membentuk sebuah superband? Sepertinya iya. Buktinya, mereka membawa seorang keyboardis bernama Angga Tarmizi yang berasal dari band bernama Venus Bullet.

Pada awalnya, penulis sempat bingung dengan nama band Venus Bullet, apakah band indie atau sebagainya, kenapa namanya begitu asing? Dibanding dengan nama band-band yang sempat digawangi anggota lainnya, Venus Bullet adalah satu-satunya band yang paling asing di telinga penulis pada awalnya.

Ternyata, Angga Tarmizi adalah seoran keyboardis dengan aliran progressive-rock, electro-music dan jazz fusion yang tentunya memberi warna pada musik Evo. Keyboardis yang satu ini merupakan sarjana musik di Berklee College of Music, Boston, Amerika Serikat.

Venus Bullet adalah bandnya ketika berkarir di Amerika Serikat. Waduh, wajar saja namanya ikut dalam deretan pada superstar untuk proyek superband ini.

Ajang Pencarian Bakat dan Masuknya Elda

Elda Suryani saat masih di Evo band dengan dandanannya yang unik

Setelah terkumpul 5 orang untuk membentuk sebuah band, maka dimulailah pencarian vokalis. Audisi vokalis bukan main, disiarkan secara nasional, peserta diseleksi ketat dari beberapa kota di Indonesia, menghasilkan 10 orang finalis yang tampil setiap minggu di acara tersebut. Dari nama-nama yang beradu di 10 besar tersebut, nama Elda Suryani yang terpilih.

Suaranya unik, gaya panggungnya khas, dan dandanannya juga unik. Elda terpilih menjadi vokalis proyek superband tersebut dan siap menjadi frontliner dari band yang diramal akan jadi band rock yang sukses di Indonesia.

Setelah itu, proses pembuatan album segera dilakukan. Seingat saya, hampir 2 bulan harus menunggu single pertama keluar. Iya, ketika acara Reinkarnasi berlangsung, ada sebuah lagu yang menjadi jingle acara tersebut, kalau tidak salah judulnya juga Reinkarnasi. Lagu itu dibawakan oleh band Evo dengan vokalis Andy /rif.

Lagu itu begitu fenomenal dan sering terdengar, karena diputar ketika awal dan sehabis acara Reinkarnasi tersebut. Nah, lagu inilah yang muncul 2 bulan setelah formasi band terbentuk. Tapi, menjadi sebuah lagu berjudul Agresif yang pas dengan gaya dan suara Elda.

Album Langka, Lagu Ajaib

Aksi panggung Evo band

Kemunculan single Agresif memberi angin segar pada penggemar Evo band yang saban minggu sudah menyaksikan proses pencarian vokalis dan menanti gebrakan band dengan formasi meyakinkan ini. Lagu tersebut hadir seperti titik terang akan hadirnya album dari Evo. Yah, benar sekali. Setelah single Agresif muncul, Evo memang meluncurkan album-album milik mereka.

Diawali dengan lagu berjudul "Prelude" yang berisi solo dari Angga Tarmizi, menjadi "kata pengantar" dari album ini. Dari lagu Prelude yang terkesan dark dan psychedelic, juga progresive rock, memberi gambaran umum sepeti apa album ini nantinya.

Lagu selanjutnya, Evolution. Nama band Evo, berasal dari kata ini, Evolution. Mereka ingin memberikan evolusi terhadap musik Indonesia yang saat itu tengah dalam gempuran musik melayu. Lagu yang satu ini sukses menjadi musik rock yang diterima masyarakat, terutama pecinta musik.

Aliran progresive rock dengan ketukan yang syncoop dan "gantung" serta permainan musik yang apik dan rapi dari para personel Evo, dipadu dengan suara Elda yang cacthy, menjadikan lagu ini salah satu lagu terbaik yang pernah dihadirkan oleh Evo.

Lagu-lagu yang lain juga tidak kalah ajaib. Beberapa lagu yang enak diputar, meski berulang-ulang seperti Terlalu Lelah, Spacebound, Kepala Batu dan sejumlah lagu-lagu lainnya menawarkan aliran yang berbeda. Sayangnya, Evo justru menghilang setelah menelurkan satu album, dan beberapa kali tampil offline.

Pada tahun 2008, band ini sudah benar-benar tak terlihat lagi. Namun para personelnya justru terus berkarya, namun tanpa embel-embel Evo, baik di depan maupun di belakang layar.

Seperti Elda misalnya, vokalis yang disebut-sebut sebagai Janis Joplin-nya Indonesia ini sekarang eksis kembali dengan Stars and Rabbit-nya. Nyawa psychedelic masih muncul dari duo ini meski alirannya sekarang menjadi folk. (ai/pojokseni)

Ads