Menak Ki Mastanu: Pengkhianat yang Menjadi Pahlawan -->
close
21 October 2014, 10/21/2014 02:26:00 AM WIB
Terbaru 2021-02-02T17:49:00Z
Artikelevent

Menak Ki Mastanu: Pengkhianat yang Menjadi Pahlawan

Advertisement

Oleh : Nasin Elkabumaini
(nasinelkabumaini@yahoo.co.id)

PENGANTAR


Banyak tokoh Sunda yang menjadi pahlawan, baik yang mendapat anugerah sebagai Pahlawan Nasional maupun pahlwan lokal yang namanya diabadikan. Pada umumnya, perjalanan hidup orang yang menjadi pahlawan itu penuh heroik dengan wataknya yang perwira tanpa cacat cela. Namun, pahlawan yang aku kagumi dari daerahku ini justru seseorang yang menyebabkan terciptanya lagu mainan anak Ayang-ayang Gung, yang isinya tentu menyindir perilaku buruk, seorang yang tadi kelak aku sebut sebagai pahlawan.

Warga Jawa Barat, tentu mengenal lagu kaulinan budak Ayang-ayang Gunung tersebut. Apalagi sejak tahun 1960, lagu ini dimodifikasi menjadi teatrikal dengan judul Kaulinan Urang Lembur oleh Dewan Kesenian Universitas Padjajaran. Tidak heran, apabila sampai saat ini pertunjukkan seni teatrikal tersebut masih dimainkan oleh LISES UNPAD, terutama dalam kegiatan Pementasan Mandiri Lises Unpada.

LAGU ANAK YANG PENUH KRITIK

Lagu mainan anak Ayang Ayang Gung ini merupakan salah satu lagu yang mengandung nilai sejarah dan kritik sosial. Berikut lagunya!

Ayang ayang gung
Gung goongna rame
Menak ki Mastanu
Nu jadi wadana
Naha maneh kitu
Tukang olo-olo
Loba anu giruk
Ruket jeung kompeni
Niat jadi (naek) pangkat
Katon kagorengan
Ngantos Kanjeng Dalem
Lempa lempi lempong
Ngadu pipi jeung nu ompong
Jalan ka Batawi ngemplong
Agar pembaca mudah memahami maknanya, berikut terjemahan bebas dari lagu mainan anak Ayang-ayang Gung tersebut.
Ayang ayang gung
Gung gongnya ramai
Bangsawan ki Mastanu
Yang menjadi wedana
Kenapa kamu begitu
Si penjilat
Banyak yang ikut
Dekat dengan kompeni
Niat jadi (naik) pangkat
Kelihatan kejelekannya
Menanti Pak Bupati
Lempa lempi lempong
Mengadu pipi dengan yang ompong
Jalan ke Batawi ngemplong

Dari terjemahaan lagu di atas, dapat diketahui jatidiri Ki Mastanu. Dia adalah seorang wedana, yang lebih suka menghamba kepada Belanda dengan mengorbankan rakyatnya. Salah satu perbuatan yang tampak di muka masyarakat ialah kegiatan membuka hutan untuk pemukiman dan membangun jalan situ ke Batavia. Lahan pemukiman itu, sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Bogor. Menak Ki Mastanulah yang menjadi pemimpin pertama atau menjadi bupati pertama.

Sikap dan perilaku Ki Mastanu saat membangun pemukiman dan jalan dari Bogor ke Batavia itu yang membuat masyarakat tidak suka. Sebagai orang pribumi, Sunda asli dia lebih mementingkan mendapat pujian dari kompeni, daripada mengasihi rakyat pribumi. Maksudnya sudah jelas, bahwa dia ingin diangkat menjadi Kanjeng Dalem alias Tumenggung alias Bupati.

PENGKHIANAT YANG JADI PAHLAWAN



Ki Mastanu mulai menyadari akan harga dirinya yang rendah di mata Belanda, meskipun pangkatnya tinggi. Hal itu terbukti dengan perlakuan Sersan Scopio, yang selalu membentak-bentak dirinya, dan menyuruh dengan seenaknya. Padahal dia itu bintara, dan dirinya perwira. Belum lagi, pihak Belanda itu semena-mena terhadap situs peninggalan Raja Pajajaran di Bogor. Ki Mastanu menolak membuka hutan situas Kerajaan Pakuan Pajajaran di Batutulis, sedangkan pihak Scorpio memaksa melakukannya.

Kebetulan sekali, pada saat dirinya mengabdi kepada VOC, di sekitar wilayah Cianjur dan Sukabumi terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Haji Perwatasari. Haji Perwatasari ini dikenal sebagai Robin Hood dari Jawa Barat, karena perbuatannya yang suka merampok kekayaan kompeni dan menyerang pos-pos Kompeni. Tak ayal lagi, Haji Perwatasari menjadi target utama pasukan VOC untuk dihancurkan.

Ki Mastanu yang justru sudah muak dengan pemerintah Belanda, kemudian menjalin hubungan dengan Haji Perwatasari. Setiap pihak VOC akan menyerang kedudukan pasukan Haji Perwatasari, maka Ki Mastanu mengirim kurir untuk memberitahu rencana Belanda. Sampai beberapa kali serangan, ternyata hasilnya nihil. Pasukan Haji Perwatasari sudah pergi lebih dulu. Bahkan pasukan itu berbalik menyerang di tempat yang sunyi, sehingga banyak tentara VOC yang berhasil ditumpas.
Persahabatan antara Ki Mastanu dengan Haji Perwatasari termaktub dalam lagu mainan budak Ayang-ayang Gung, yakni dalam dua kalimat berikut.

Lempa lempi lempong
Ngadu pipi jeung nu ompong

Kalimat pertama dalam pantun disebut sampiran, yakni lempa lempi lempong. Kata sampiran biasanya tidak bermakna, hanya untuk menyesuaikan ritme. Kemudian kalimat Ngadu pipi jeung nu ompong menjadi isi. Yang dimaksud dalam kalimat itu, persahabatan antara Ki Mastanu dengan Haji Prawatasari diibaratkan seperti mengadu pipi kempot, pipi ompong, yang tidak punya kekuatan. Jadi, persekutuan antara Ki Mastanu dan Haji Perwatasari dianggap tidak ada melahirkan kekuatan untuk melawan Belanda.

Pada akhirnya, pihak VOC mengetahui, bahwa kegagalan VOC memusnahkan pasukan Haji Perwatasari disebabkan oleh perbuatan Ki Mastanu dan para pengikutnya. Tak ayal lagi, wedana Ki Mastanu dianggap pengkhianat bagi Belanda, sehingga dia dan pengikutnya pun ditangkap. Belanda kemudian memutuskan untuk membuang Ki Mastanu ke Afrika Selatan, agar terputus komunikasinya dengan masyarakat Jawa Barat.

Ketika menjadi antek Belanda, Ki Mastanu adalah musuh masyarakat Indonesia, khususnya Sunda, dan ketika dia menjadi pengkhianat Belanda, maka dia adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia, khususnya Sunda. Meskipun tidak disinggung dalam bait lagu kaulinan budak tentang kesadaran Ki Mastanu, tapi dia sudah membuktikaan akan cintanya kepada tanah air, dengan melakukan perbuatan berbahaya yang menyebabkan dirinya ditangkap oleh pasukan Belanda.

KI MASTANU MENJADI IDOLA



Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW, dan perkembangan Islam banyak tokoh yang awalnya menjadi musuh, kemudian berubah menjadi pejuang. Nama-nama tokoh seperti Umar bin Khotob, Khalid bin Walid, Amru bin Ash, dan sederet nama lainnya, sebelum masuk Islam, mereka adalah musuh Islam. Umar bin Khotob pernah hendak membunuh Rasulullah Saw., ketika mendengar adiknya sudah masuk Islam, yang justru ketika dia membaca lembaran ayat suci yang dipegang oleh adiknya, dirinya sadar, dan masuk Islam. Khalid bin Walid dalam perang Uhud berhasil mengcaukan pasukan kaum muslimin lewat pasukan berkuda yang mengitari bukit. Amru bin Ash pernah mengejar kaum muslimin yang hijrah ke Hasyah. Namun, mereka kemudian menyadari kesalahannya, masuk Islam, dan menjadi tokoh kebaikan.

Adapun Ki Mastanu, setelah menyadari kekeliruannya dengan membantu pejuang, justru ditangkap dan diasingkan. Sementara itu, namanya yang sudah menjadi buah bibir, menjadi lagu mainan anak, tidak berubah. Dia tetap disebut sebagai si tukang olo-olo, dekat ke kompeni, dan tidak ada yang menggelarinya sebagai pahlawan, dan tidak ada yang memperjuangkan dirinya sebagai pahlawan, padahal dia benar-benar pahlawan, karena pahlawan ialah siapa saja yang menggadaikan hidupnya dengan menentang penjajah, dan mengalami kepahitan hidup akibat pendirian tersebut.

Akhirnya, kita hanya bisa mendoakan, agar Ki Mastanu, yang telah menebus kesalahannya itu mendapat ampunan dari Allah Swt., dan menjadi salah satu dari ribuan pahlawan bangsa, yang memperjuangkan kemerdekaan.

Ads