Problematika Teater Remaja -->
close
12 February 2014, 2/12/2014 01:06:00 AM WIB
Terbaru 2017-10-02T12:50:47Z
Materi Teater

Problematika Teater Remaja

Advertisement
Oleh : Adhyra Pratama Irianto

       Dewasa ini, perkembangan teater remaja, yang dikerucutkan pada bentuk ekstrakurikuler teater di wilayah Provinsi Bengkulu cenderung berjalan di tempat. Aspek yang ditujukan pada perkembangan grup-grup teater ini terfokus pada kompetisi antar SMA dan  pengambilan nilai, terutama dalam kelas. Bahkan, perkembangan kompetisi antar SMA juga hanya berkutat di provinsi Bengkulu saja, tidak ada peningkatan kualitas kompetisi, seperti mewakilkan para juara pada kompetisi regional pada kompetisi yang lebih tinggi, misalnya tingkat nasional. Sepertinya, peran pemerintah sangat diperlukan pada problem pertama teater remaja ini.
       Problematika kedua, terletak pada instrukturnya. Jarang sekali ada workshop teater, yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan keaktoran hingga penyutradaraan, sehingga kualitas klub teater hanya berjalan di tempat. Kemampuan para instrukturnya, juga perlu diperhatikan, agar terus bertumbuh seiring waktu. Semakin baik instrukturnya, maka akan semakin baik klub teaternya. Masalahnya, seringkali hanya aktor atau sutradara teater umum saja, yang terkadang dibaiat menjadi instruktur sebuah klub teater. 
       Saya, misalnya. Saya hanya seorang mantan aktor dari Komunitas Tiang Bambu, sekarang berkutat di grup teater Senyawa. Kebiasaan sebagai aktor, dan sesekali menyutradarai penampilan Teater umum, justru dijadikan alasan untuk menjadi instruktur atau pelatih teater sekolah. Jelas, dari latar belakang hingga psikologis anggotanya saja sudah jauh berbeda. Sebagai instruktur, rasanya sangat diperlukan semacam pelajaran psikologi pendidikan, untuk remaja, selain penanaman pengetahuan dramaturgi bagi para aktor remaja. Selain itu, jelas ada 'ambang batas' yang belum dapat dilalui oleh aktor pemula (tingkat SMP/SMA) namun dengan mudah bisa digapai pada aktor teater umum (dewasa). Management grup, juga sangat berbeda dengan teater umum. 
Pertanyaannya, siapakah yang dapat memberi materi, pendalaman kemampuan melatih bagi seorang instruktur?   
       Menurut pemikiran pribadi saya, teater-teater di wilayah Provinsi Bengkulu, terus menerus berkutat pada kompetisi yang sama, setiap tahunnya, tanpa ada perkembangan dan pengalaman baru. Alhasil, yang ditakuti adalah 'menjadi katak dalam tempurung' bila ditemukan dengan klub-klub teater antar wilayah.
       Masalah pementasan tunggal, rasanya terlalu dini untuk menyatakan teater sekolah dapat menampilkan sebuah pementasan 'spektakuler' seperti halnya teater umum. Hasilnya, malah klub teater sekolah itu akan diperbandingkan dengan teater umum yang juga melakukan pementasan serupa. Wajar saja kalau banyak klub teater berpendapat ; 'Lebih baik ikut kompetisi, kalaupun dibandingkan, dengan rekan-rekan sejawat."
Problem yang terakhir, dukungan sekolah. Sebagai instruktur teater sekolah, saya cukup bersyukur dengan dukungan penuh sekolah untuk klub teater sekolah. Tetapi, kejadian berbeda yang terjadi ketika saya mencoba memantau sekolah lain. Dukungan sekolah lain, tidak sebaik pada sekolahku. Sehingga, sekali lagi harus dimaklumi, bahwa klub-klub teater disetiap sekolah susah tumbuh.
        Selanjutnya, saya berharap ada tanggapan dari pihak terkait. Karena, pembelajaran teater juga terkait budi pekerti, serta kemampuan berkesenian yang dapat terus dikembangkan kedepannya. Tidak hanya mencetak aktor, tapi juga dapat mencetak generasi yang dapat melestarikan budaya nasional dan daerah, melalui kesenian. Tentu komentar, saran dan bantahan dari pembaca sekalian, dengan senang hati kuterima.

>> sebagai tambahan, kami membagikan sebuah buku pelajaran seni drama, untuk SMA. Bila ingin download secara gratis klik disini >> DISINI 

Ads