Catatan Workshop Teater Bagi Peserta Lomba Teater di Unisda Lamongan -->
close
Pojok Seni
26 January 2018, 1/26/2018 02:18:00 AM WIB
Terbaru 2018-01-25T19:18:04Z
Artikel

Catatan Workshop Teater Bagi Peserta Lomba Teater di Unisda Lamongan

Advertisement


Oleh : Rudolf Puspa



pojokseni.com - Tidak semua peserta lomba hadir dalam kegiatan workshop teater bagi peserta lomba teater antar pelajar yang diadakan Teater Roda Unisda Lamongan.  Dapat dimaklumi jika yang hadir dari kota Lamongan dan yang dekat-dekat saja.  Kurang lebih 25 peserta dan jumlah wanita lebih banyak.

Sesi pertama saya tanya kenapa suka teater, lalu apa itu teater dan rata rata tidak cepat menjawab. Barangkali hal yang belum pernah dijumpai dalam kegiatan teater selama ini. Sejarah singkat teater pun saya sampaikan dan yang utama tentang apa drama tragedi dan komedi. Selanjutnya langsung saja saya bawa mereka ke kegiatan olah fisik. Pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak remaja akan jauh lebih semangat dan gembira jika dalam workshop lebih ke praktek. Dalam praktek itulah nantinya diberikan pengertian mengenai teorinya.

Senam teater begitu saya katakan bahwa termasuk penting untuk pemanasan tubuh agar tidak kaget nantinya bila masuk ke latihan-latihan fisik yang agak dan makin berat. Rupanya belum pernah mereka dapatkan selama ini sehingga bentuk-bentuk senam yang tidak seperti senam dalam olah raga yang mereka terima dari guru olah raga menjadi sesuatu yang menarik mereka. Aneh dan lucu kata mereka dan suasana riangpun mulai merasuk ke hati mereka. Dan itulah cara saya membuka workshop agar diawali rasa senang sehingga memudahkan untuk mengikuti arahan2 yang jikapun berat tak akan terasa sulit.

Dari jam 09.00 hingga 16.00 saya bagi dua sesi latihan. Pertama olah fisik dan kedua olah rasa. Tentu diselingi makan siang bersama.  Tiga jam melatih fisik untuk mengenal anggota tubuh, kemudian menggunakan tubuh untuk membuat bentuk, gerak dan bunyi menjadi satu bentuk latihan yang memerlukan kreatifitas pelatih. Saya selalu melatih dengan melihat tangkapan peserta dan perkembangannya. Oleh karenanya bentuk-bentuk latihan fisik saya selalu berubah-ubah mengikuti kemampuan yang dilatih dalam menyerap apa yang saya berikan. Juga bagi saya menguntungkan karena tanpa sadar saya mengasah daya kreatif saya sendiri.

Remaja tingkat SMA kelas 10 dan 11 tentu memiliki modal berani tampil karena memang umur-umur itu adalah usia yang sibuk dengan dorongan hati untuk eksis. Menguntungkan latihan bersama begini karena tumbuh tanpa disadari sikap kompetisi yang masing2 menunjukkan sekolahnya lebih berani. Itulah identitas yang mereka miliki dan ingin ditunjukkan kepada orang lain. Dengan menyadari hal ini maka pelatih justru diuntungkan karena tidak harus banyak menyuruh anak untuk maju melakukan gerak atau ciptakan bentuk atau mengeluarkan bunyi. Paling hanya awalnya saja disuruh dan yang ketiga keempat akan berani maju bahkan berebut. Bahkan yang pemalu, pendiam pun pada akhirnya berani tampil bahkan cepat-cepat duluan.

Ketika memasuki fase melatih daya imajinasi maka keriangan dan keberanian tampil semakin muncul.  Pelatihpun dengan cepat harus mampu melempar ide agar peserta menjadi benda atau tumbuh-tumbuhan atau binatang yang dirubah rubah secara cepat. Lalu setiap bentuk beberapa peserta ditanya sedang jadi apa maka sering aneh2 jawabnya karena saya selalu minta cepat jawab dan tak perlu berpikir. Ini latihan memang sengaja mengasah agar kemampuan untuk mengalir saja dalam mencipta karya dapat terwujut. Karya seni adalah hasil olahan rasa penciptanya. Semakin dipikir maka akan semakin tak menemukan apa apa.

Semakin siang latihan semakin memeras keringat karena banyak kegiatan bentuk-bentuk olah fisik yang mengharuskan berlari, loncat, jalan dengan jongkok, bergulingan yang menjadikan peserta semakin “liar” tanpa ada beban dan batasan-batasan. Pelatihlah yang harus awas dan dapat mengarahkan untuk tidak kehilangan kontrol diri dengan cara yang mereka juga tidak sadari. Mengawasi sekian banyak remaja yang sedang tumbuh semangat untuk eksis memang tidak mudah. Namun harus mampu dan punya taktik tersendiri sehingga latihan aman tenteram dan menyenangkan serta masing-masing merasa mendapat perhatian. Melatih harus punya sikap adil sehingga semua menjadi dekat dan menjadi satu keluarga yang harmonis.

Tujuan utama mengolah fisik dengan berbagai cara ini adalah agar badan jadi lentur dan mengenal seluruh bagian tubuh sendiri sehingga selanjutnya akan mampu menggunakan sesuai karakter yang dimainkan. Berdiri dibagian manapun di panggung dalam bentuk apapun akan tetap indah dipandang. Tidak kaku dan tidak muncul acting yang dibuat buat karena semua muncul dengan kelenturan tubuh yang sudah terlatih. Tentu saja tidak berlatih satu hari langsung jadi karena semua ada proses dan memakan waktu yang tidak sedikit.

Oleh karenanya banyak saya memberikan bentuk-bentuk latihan yang bisa dilakukan sendiri di rumah yang tak perlu ruang yang besar. Latihan-latihan kecil bila dilakukan terus menerus pasti akan mempercepat seseorang pemain memiliki tubuh lentur dan indah dilihat. Karena memiliki sesuatu bentuk tubuh yang indah pastilah akan memiliki daya tarik.

Udara semakin panas ditambah perut mulai bernyanyi serta tenggorokan yang kering maka istirahat pun diberikan dengan acara makan siang bersama. Ada tiga nampan besar disediakan panitia yang berisi nasi dengan lauk pauk sederhana . Lapar dan hati rianglah lauk paling menyenangkan siapa saja untuk meyantap apa saja yang disediakan dihadapannya. Makan bersama dalam satu nampan memang sudah banyak menjadi kebiasaan dikalangan mahasiswa terutama yang bergerak di kesenian. Dalam kesempatan inipun saya pergunakan sambil ngobrol karena dari latihan 3 jam tadi banyak pertanyaan muncul dan langsung ditanyakan.

Sesi kedua tersedia waktu 3 jam yang aku isi dengan olah rasa. Dengan diawali mengikuti apa yang saya lakukan bisa melatih mereka semakin melepas bebas dan penuh konsen hanya merasakan tubuh masing2.  Bermacam gerakan yang mereka ikuti juga harus dirasakan dan bergerak kemanapun tapi harus mampu untuk tidak saling bersinggungan. Maka tanpa disadari melatih penguasaan ruang dan bentuk dengan gerakan.

Tertawa riuh, terpingkal-pingkal, suara tinggi, rendah, meliuk sambil tertawa, meloncat loncat terus tertawa dan berubah hingga menangis yang makin hingar bingar hingga berputar dan berputar kencang sekali dan seluruh badan bergerak sebebas-bebasnya tanpa saling mengenai hingga kemudian saya perintahkan tutup mata dan terus merasakan seluruh gerakan tubuh yang sedang terjadi hingga akhirnya bisa merasakan getaran tubuh yang timbul. Itulah getaran rasa dan olah rasapun semakin terbentuk.

Dengan kepercayaan diri yang sudah semakin kuat ketika ada yang terjatuh, terbanting pun tidak merasa sakit karena tubuh memang tak akan menyakiti dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam latihan ini selalu saya minta untuk jangan ada mengekang diri, menahan diri agar mampu melepas bebas. Ikuti gerak tubuh kemana saja. Jika terjadi diam saja tanpa gerakan juga bukan salah. Karena ruang tidak terlalu luas maka sering terjadi tabrakan, berguling saling kejatuhan, saling tumpuk dan melepas lagi. Semua tetap dalam kendali diri yakni harus tetap sadar dan tau apa yang sedang terjadi pada dirinya. Jika ada yang tampak akan lepas kontrol maka pelatihlah yang mendekati yang mengarahkan melalui kata-kata yang terdengar dengan jelas dan kembali menyadari dirinya dan bergerak kembali dengan bebas namun sadar.

Kebebasan mengikuti getaran tubuh yang sudah semakin bagus itu kemudian saya menyampaikan sebuah cerita untuk mengasah daya imajinasi dan abstraksi mereka. Semua cerita yang saya sampaikan kemudian mereka tangkap dan menjadi tokoh dalam cerita tersebut dan melakukan sesuai dengan imajinasi masing-masing. Berbagai bentuk expresipun muncul dan beda beda tentunya.  Dari cerita yang lucu, enak hingga berubah-ubah sampai klimaksnya masuk ke kejadian yang sangat menyedihkan. Tangispun tak terhindarkan sesuai takaran masing-masing. 

Kesedihan pun semakin menukik kedalam batin dan masuk ke sebuah solusi hidup bahwa semua kejadian hidup adalah sebuah perjalanan yang tidak harus terus menerus diratapi. Segar bugar dan semangat hidup perlu dibangunkan. Maka melalui musik yang sudah disiapkan merekapun melanjutkan olah rasanya dengan mendengar musik. Mereka hayati dan melanjutkan terus getaran rasa dalam menangkap irama musik.

Latihan olah rasa tentu akan ada akhirnya dan tiap peserta tidak selalu sama. Saya hanya mengatakan jika sudah berhenti dan habis sendiri dan kembali tenang tanpa terasa apa-apa lagi baru buka mata dan saksikan tubuh sendiri dan baru ketemannya dan lingkungan. Baru mencoba ingat kembali apa yang sudah dilakukan dan kembali ke tempat awal latian persis bentuk semula. Latihan pun selesai dan dilanjutkan dengan apa yang disebut ruang expresi. Ada empat ruang yang expresinya berbeda dan awalnya berdua bergantian ruang dengan cepat dan berubah-ubah ekspresinya. Lalu empat dan sampai sebanyak-banyaknya peserta ikut tanpa disuruh. Melihat lalu terasa ingin maju dan masuk ke ruang yang dipilih dan setiap saya bilang “pindah” maka semua harus pindah ruang dan ganti ekspresi.

Latihan pun dilanjutkan dengan tanya jawab. Barulah pertanyaan banyak muncul setelah mengalami bermacam bentuk latihan. Pertanyaan yang sukar jawabnya adalah kalau saya pulang meninggalkan mereka lalu kepada siapa bisa berlatih seperti ini? Mengharukan pertanyaan ini dan selalu saya terima dimanapun saya memberikan workshop singkat.
Setiap saya selesai melatih selalu menambah keyakinan bahwa pelatihan teater sangat bermanfaat dalam mengetuk, menggedor, mencubit, mengelus remaja untuk semakin menemukan dirinya. Dan apa yang dikatakan pendidikan karakter pun tercapai dengan cara yang menyenangkan. Inilah kehebatan teater yang dalam kegiatan utamanya adalah mempelajari bermacam peran yang akan dimainkan.

Mau tidak mau akan semakin kaya kenal karakter yang ada di dunia bukan hanya manusia tapi juga benda mati, binatang ataupun tetumbuhan dan alam hidup yang lain. Maka dapat dipahami bila akhirnya mengenal dan menemukan karakter dirinya.

Air mata menggenang dan bersalam dalam harapan untuk tidak berpisah agar terus bisa mendapat pelatihan. Namun tentunya rasa sedih dan haru ini memang harus terjadi dan marilah kita syukuri dan nikmati karena pada saatnya pasti akan tetap dalam satu keluarga dan dengan cara apapun akan mampu berlatih bersama.

Salamku dan terima kasih telah memberiku ruang untuk bersama para cucu di Lamongan.

Jakarta 25 Januari 2018.

Rudolf Puspa

Ads