Meniti Jejak Tubuh: Rektrospeksi Memori Tubuh -->
close
Pojok Seni
01 December 2017, 12/01/2017 04:46:00 PM WIB
Terbaru 2017-12-01T16:30:03Z
ArtikelMateri TeaterMedia PatnerSeni

Meniti Jejak Tubuh: Rektrospeksi Memori Tubuh

Advertisement
Photo by Ramadhan Putra GZ Nst


(Pertunjukan Tari Kontemporer "Meniti Jejak Tubuh" koreografer Sherli Novalinda)

Oleh : Ikhsan Satria Irianto

pojokseni.com - Bias cahaya menyinari wajah panggung dari sisi sayap kiri. Seorang pria dengan topi, tas dan jaket tebal berjalan memasuki panggung. Pria tersebut berputar mengelilingi panggung seraya menggambarkan seseorang dalam perjalanan yang panjang. Kemudian ia berhenti dan melepas jaket, baju, tas, dan topinya. Kemudian cahaya menerangi tengah panggung, sebuah lingkaran dengan tiga gradasi warna, yaitu merah, kuning, hitam, putih yang dapat memberikan banyak metafora, sebuah metafora energi, bentuk identitas marawa, maupun struktur tatanan adat dlm suatu budaya yang diwakili dengan warna tersebut. 

Properti nya bersifat multi interpretative (multi tafsir). Awal idenya dari penggabungan 2 warna budaya Minang (merah kuning hitam) Kerinci (merah hitam putih). Lingkaran menyimbolkan energi yang tidak terputus.  memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak memiliki awal atau akhir. Menyimbolkan kekuatan dan perjalanan yang terus berulang, berpindah dari satu ke yang lainnya (in between)  Merupakan metafora dari perjalanan sejarah tubuh itu sendiri dimana dulu dan kini saling terkait dan saling mempengaruhi.  Berputar pada 2 budaya yang berbeda, berputar pada 2 tanah yang berbeda, berputar pada 2 tubuh yang berbeda dan pastinya 2 jiwa yang berbeda.

Sosok penari terlihat berdiri di antara warna putih yang memenuhi keseluruhan lingkaran warna tersebut. Pria tersebut memasuki lingkaran dan kisah Meniti Jejak Tubuh koreografer Sherli Novalinda pun dimulai. 

Setelah dipentaskan diberbagai kota di Indonesia, garapan tari kontemporer bertajuk Meniti Jejak Tubuh koreografer Sherli Novalinda kembali dipentaskan dalam rangka memeriahkan  Dies Natalis Institut Seni Indonesia Padangpanjang ke 52.  Pertunjukan yang dihelat pada kamis malam (30/11/2017), terhitung telah dipentaskan sebanyak 9 kali di berbagai event berskala Nasional oleh Sherli Novalinda Dance Laboratory. Meniti Jejak Tubuh adalah karya awal dalam proyek jangka panjang Sherli bersama Sherli Novalinda Dance Laboratory  dalam proyek trilogi tari yang berjudul “Malay Body”. Proyek yang berjalan kurang lebih 2 tahun ini mencoba melakukan dekontruksi atas gagasan tentang titik pemahaman nilai-nilai luhur dalam diri dapat diekplorasi melalui seni tari. Bahwa seni tari sebagai media kontemplasi dalam menelusuri memori tubuh. Meniti Jejak Tubuh merupakan capaian dari riset autoetnografi Sherli terhadap rekaman perjalanan tubuh Sherli sendiri. Pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 22 menit ini, mengambarkan bagaimana capaian dari tubuh atas proses silang budaya antara Kerinci dan Minang Kabau. 

Dosen termuda di Program Studi Seni Tari ISI Padangpanjang yang akrab disapa Kak Sherli ini, mencoba metransformasikan sejarah ke dalam tubuh penarinya yang bernarasi. Pengalaman tubuh dan memori kultural Sherli yang mewarisi budaya Kerinci dan melakukan proses kreatif di tengah-tengah budaya Minang Kabau menjadi dasar penggarapan tari kontemporernya. Koreografer produktif yang karyanya telah malang melintang sejak 2003 ini menekankan karya Meniti Jejak Tubuh pada memori tubuh  yang menjadi narasi. Karena menurutnya setiap perjalanan terekam dalam tubuh dan yang harus dilakukan adalah melakukan pembacaan ulang terhadap memori tubuh. 

Photo by Ramadhan Putra GZ Nst
Meniti Jejak Tubuh adalah media komunikasi Sherli dalam menarasikan rekam jejak tubuhnya. Mengekstrak memori tubuh dalam gerak tradisi kemudian ditransformasikan ke tubuh kontemporer. Konklusi ekplisit dalam Meniti Jejak Tubuh adalah napak tilas Sherli terhadap perjalanan panjang yang telah dialami tubuhnya.

Proses penggarapan tari Kontemporer ini sangat minimalis dan meminimkan unsur artistik panggung. Pola lantai yang digunakan juga tak menguasai seluruh bagian panggung. Tatanan cahayanya juga tak menyinari seluruh bagian panggung. Pola lantai penari juga lebih banyak mengekplorasi gerak di tengah lingkaran tersebut. Konsep Meniti Jejak Tubuh ini mencoba memfokuskan perhatian penonton ke lingkaran simbolik yang berada di tengah panggung. Sehingga dapat ditangkap dengan jelas bahwa Sherli mencoba menggiring penonton untuk fokus pada proses dari silang budaya yang secara simbolik disampaikan oleh tubuh penari.

Hal yang menarik dalam Meniti Jejak Tubuh koreografer Sherli Novalinda adalah proses pembacaan ulang memori tubuh Sherli ditransfer ke tubuh yang berbeda. Tidak hanya itu, penari tersebut adalah seorang laki-laki. Meski berbeda jenis kelamin dan sejarah tubuh, esensi dari pertunjukan Meniti Jejak Tubuh dapat ditangkap dengan baik oleh penonton. Kisah Sherli yang dikisahkan kembali oleh penarinya benar-benar tergambar jelas, sehingga penonton merasakan bahwa kisah tersebut bukan merupakan memori tubuh Sherli semata, namun juga milik memori tubuh penarinya.

Musik pun disini sebagai stimuli, sama sekali bukan pengiring tari. Musik mengantarkan penari dan tubuhnya berpindah-pindah dari satu ruang, waktu, dimensi, budaya yang berbeda walau hanya berada pada satu titik namun penari bagai perpetualang sehingga tubuh tersebut pun bernarasi menggulirkan sejarahnya dengan jujur.


Photo by Ramadhan Putra GZ Nst

Lintas Jender dan Silang Budaya


Tubuh adalah medium esensial untuk memvisualkan diri sendiri. Sebagai materi yang melekat pada diri, tubuh menyediakan ruang tanpa batas untuk memamerkan segala bentuk identitas diri. Termasuk sebagai media mengisahkan sebuah perjalanan hidup. Karena tubuh adalah saksi kunci dari perjalanan hidup seseorang, sehingga tubuh dapat menceritakan dengan lengkap dan sempurna tentang perjalanan yang dilalui seseorang.

Sherli dalam Meniti Jejak Tubuh mencoba memvisualisasikan kisah kreatifnya yang telah terekam oleh tubuhnya sendiri. Sherli dengan peka memanfaatkan memori tubuh sebagai media ekplorasi dalam garapan tari kontemporernya. 

Hal yang menarik lainnya dalam garapan eksperimental Sherli yang bertajuk Meniti Jejak Tubuh adalah pengalaman tubuh Sherli dan memori kultural yang direkam oleh tubuhnya disampaikan oleh tubuh yang berbeda. Sherli memilih ketubuhannya pada tubuh penari laki laki yang bernama Kurniadi Ilham. Tentu proses penggarapan yang dilakukan oleh Sherli terhadap penarinya tidak segampang seseorang menceritakan kisah seseorang lainnya. Karena tubuh Sherli dan tubuh penarinya, memiliki memori, sejarah, kisah, kultur, dan pengalaman yang sangat berbeda.

Proses silang budaya yang diekstrak Sherli sebagai materi karyanya memiliki persilangan yang cukup rumit. Pada memori tubuh Sherli, memiliki memori kultur Kerinci yang bersilangan dengan memori kultur Minang Kabau. Sehingga pada titik temunya mencapai suatu bentuk baru dari kedua budaya tersebut. Namun, pada tubuh penarinya tidak memiliki rekaman memori tersebut. Salah satu kesulitan dalam Meniti Jejak Tubuh adalah pada transfer budaya yang dilakukan Sherli terhadap memori tubuh penarinya. 

Tidak hanya proses silang budaya sebagai kesulitan yang dapat ditemukan dalam Meniti Jejak Tubuh karya Sherli. Ada sesuatu yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi pula, yaitu lintas jender. Memori tubuh Sherli yang merupakan seorang wanita disampaikan secara utuh melalui tubuh lelaki. Ia adalah Kurniadi Ilham yang telah dipilih oleh Sherli untuk menarasikan memori tubuhnya.

Kurniadi Ilham tak hanya harus merekam apa yang telah direkam tubuh Sherli dalam perjalanan kreatifnya, namun ia juga dituntut dapat menceritakan dengan persis, sesuai dan piawai dari kisah seorang perempuan melalui tubuh laki-lakinya. Tentu bukan hal yang mudah untuk mengisahkan memori tubuh yang berlainan dari jenis kelami penarinya. 

Selama kurang lebih 2 tahun, Meniti Jejak Tubuh menggambarkan bahwa proses silang budaya dan lintas jender dalam suatu karya tari harus menempuh proses yang berat dan panjang. Kurniadi Ilham kiranya juga patut diberi acungan jempol, kerja kerasnya terhadap memori tubunya telah memberikan kisah tentang memori tubuh Sherli kepada penonton dengan baik. Meskipun d idalam tubuhnya sendiri tidak sedikitpun memiliki memori tubuh yang sama dengan Sherli. Ilham dengan cerdas dapat mewujudkan tubuh baru yang berangkat dari memori tubuh Sherli sebagai koreografernya. 

Meniti Jejak Tubuh memilki tingkat kerumitan penggarapan yang cukup tinggi. Baik koreografer dan penari dihadapkan oleh tantangan yang berbeda-beda. Sherli sebagai koreografer juga terbilang berani melakukan ekrperimen atas praktik ketubuhan yang melalui proses silang budaya dan lintas jender sekaligus dalam satu karya. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya Meniti Jejak Tubuh koreografer Sherli Novalinda adalah salah satu karya tari kontemporer yang sensasional. 

Pertunjukan tari tunggal kontemporer ini  rencananya akan dipentaskan di Bozar Brussels, Belgia pada tanggal 6 hingga 11 Desember 2017 mendatang dalam rangka Europalia Arts Festival Indonesia. Dalam hal ini, Sherli bersama Sherli Novalinda Dance Laboratory  diberikan kesempatan untuk mewakili Indonesia dalam event tari Internasional itu. Di Belgia nantinya, Meniti Jejak Tubuh genap dipentaskan sebanyak 10 kali di berbagai tempat yang berbeda. (pojokseni.com)


Ads