Sekilas Tentang Body Transcultural #2 : Pertemuan Tubuh Budaya, Dalam dan Luar Madura -->
close
Pojok Seni
30 July 2017, 7/30/2017 01:24:00 AM WIB
Terbaru 2017-07-29T18:24:14Z
BeritaSeni

Sekilas Tentang Body Transcultural #2 : Pertemuan Tubuh Budaya, Dalam dan Luar Madura

Advertisement


Oleh: Padepokan Seni Madura


Kebudayaan dan manusia adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam konteks keberlangsungan kehidupan beserta strategi-strateginya yang beragam, baik dalam konteks individual hingga komunitas global. Di antara strategi-strategi tersebut salah satunya yang cukup menarik untuk dikaji dan kembangkan adalah strategi-strategi yang berjalan dalam bidang kesenian. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesenian dapat menjadi tolak ukur harmonisasi keberlangsungan kehidupan di suatu negara.

Di negara-negara maju, masyarakatnya tidak lagi berada pada problematika pemenuhan pangan sehingga kesenian bisa berkembang secepat-cepatnya atau semudah-mudahnya. Sedang di negara berkembang, umumnya yang terjadi adalah masyarakat harus memenuhi target pangan dahulu, sehingga segala yang menunjang hal tersebut lebih menjadi fokus untuk dikembangkan daripada kesenian yang pada akhirnya menjadi hal sekunder.

(Baca  : Pertemuan Tubuh Budaya Dalam dan Luar Madura : Body Transcultural#2)

Hal ini juga terbaca di Madura. Pulau yang masih terkenal dengan masyarakatnya yang berdagang di mana-mana ini secara tidak langsung menjadi senjata untuk membuat nama Madura besar dengan ciri khasnya. Ketika bicara Madura dalam konteks kesenian pun rupanya juga akhir-akhir ini semakin mendapat angin segar.

Proses latihan Body Transcultural #2 di Sumenep.

Beberapa gelaran pertunjukan seni semakin ramai terunggah di media dilakukan oleh pegiat-pegiat seni dari Madura. Bahkan beberapa penelitian pengembangan kesenian juga mulai masuk dan dilakukan oleh orang-orang dari luar Madura. Fakta ini membuktikan bahwa kesenian Madura, baik tradisi maupun kontemporer, semakin menarik untuk dibaca.

Maka kami sekali lagi membuat momen pembacaan atas kesenian Madura, dari dalam dan luar. Gelaran pertama kami bertajuk “Kolaborasi Body Transcultural #1” kami gelar pada 24—26 Agustus 2016 di Singkong Art Space. Pada saat itu kami mengajak beberapa seniman dalam dan luar Madura. Di antaranya Anwari, Untung, Iin, Hafiqi (Madura), Putra Yuda (Jember), dan Ari Rudenko (New York, Amerika). Gelaran tersebut mendapat apresiasi besar dari para warga sekitar Singkong Art Space yang berduyun-duyun menonton dan diliput oleh dua media besar yaitu The Jakarta Post dan Press Reader.

29 Juli dan 1 Agustus 2017 ini kami selenggarakan pertemuan kedua yang bertajuk “Body Transcultural #2: Pertemuan Tubuh Budaya, Dalam dan Luar Madura”, dengan masih menghadirkan seniman-seniman dari dalam dan luar Madura, bahkan salah satunya juga datang dari Amerika. Namun pembacaan kali ini kami khususkan pada tubuh tari. Mengapa tubuh tari? Karena realitas ini dekat dengan realitas kesenian Madura akhir-akhir ini yang lebih menonjolkan tubuh atau gerak.

Kegiatan ini akan berupa parade tari dari beberapa penyaji yang sumber inspirasinya adalah dari hasil pembacaan mereka akan kultur Madura. Para penyaji ini sebagian besar berasal dari luar Madura. Merekalah yang bertugas sebagai pembaca kultur Madura dari luar. Sedang sebagian kecilnya lagi adalah dari warga lokal asli, yang akan menampilkan tari topeng dari Slopeng. Mereka yang membaca kultur Madura dari dalam.

Proses Latihan Body Transcurltural #2

Satu konsep yang penting dilakukan adalah pola residensi di tengah warga oleh para penyaji. Mereka akan berinteraksi dengan warga yang kebetulan mayoritas mereka tidak mengerti bahasa Indonesia. Pola interaksi inilah yang nantinya akan dibawa sebagai bahan pertunjukan. Para penyaji (kecuali para penari topeng dari Madura) dihadapkan dalam keseharian bersama rutinitas warga yang menjadi peternak sapi, petani singkong, hingga pemecah batu. Rutinitas inilah yang akan dipadukan dengan betapa ternyata dalam keseharian warga telah mengerti konsep kesenian.

Pada “Kolaborasi Body Trans Cultural #1” Ari Rudenko telah berhasil melakukan pembacaan saat dia harus hidup di tengah-tengah warga yang selalu berbicara bahasa Madura, dengan latar belakang dia yang berbahasa sehari-hari bahasa Inggris dan mulai lancar berbahasa Indonesia. Pengalaman ini kemudian dia pakai untuk riset bahan pertunjukannya yang mengadaptasi gerak dinosaurus yang kemudian dia temukan adanya kesamaan dengan gerak ayam.

(Baca : Dancer New York dan Aktor Jawa Timur Kolaborasi "Body Transcultural")

Dalam residensi untuk para penyaji memang tidak dimungkiri kalau goal-nya nanti adalah temuan baru untuk disiplin gerak mereka. Dan ini juga akan dikolaborasikan pada kolaborasi seluruh penyaji di hari terakhir.

Para penyaji yang berpartisipasi di Body Transcultural #2 ini adalah Ferry Cahyo Nugroho (Magetan), Soul Esto (Sumenep), Kanca Cebbing Sumekar (Sumenep), Jennifer Rose (New York), dan Alfo Smith bersama Sanggar Mee Ati Aten (Papua).

Acara ini digelar pada 29 Juli 2017 dan 1 Agustus 2017, pukul 19.00 WIB, di Singkong Art Space yang terletak di Dusen Balowar RT/RW: 03/07, Desa Nyapar, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Gratis. (pojokseni)

Ads